Tuesday 27 February 2007

SEJARAH PANJANG PEPERANGAN I

Perang merupakan salah satu warisan budaya manusia yang selalu terjadi hampir setiap tahun. Bagi sebagian besar orang, perang merupakan kegiatan keji yang hanya menghasilkan penderitaan, kemerosotan ekonomi dan sosial, serta kehancuran fisik dan mental yang butuh waktu lama untuk memulihkannya seperti sedia kala, akan tetapi bagi sebagian kecil orang, perang merupakan sebuah warisan mahakarya seni yang memiliki proses evolusinya sendiri.
Pada dasarnya, berdasarkan caranya perang dapat dibagi menjadi dua yaitu perang konvensional dan non-konvensional.
Perang konvensional merupakan perang yang paling sering kita saksikan, tidak jelas sejak kapan manusia mulai mengenal perang jenis ini, akan tetapi jika kita mengacu pada Al Quran, maka akan jelas bahwa pertama kali terjadi perang dunia adalah ketika Qabil membunuh saudaranya yang benama Habil hanya karena masalah perjodohan. Perang konvensional-pun masih dapat kita bagi menjadi beberapa bagian yaitu;
I. Perang Kuno
Perang ini merupakan jenis perang yang pertama kali dikenal manusia, dengan ciri-ciri pihak yang bertikai yaitu antar dua orang atau lebih saling bertemu secara jantan di tempat tertentu kemudian bertarung untuk menunaikan masalah hingga salah satu diantaranya menyerah kalah atau mati. Cara perang seperti ini merupakan cara perang yang dianggap paling ksatria yng dikenal dengan nama perang tanding atau duel.
pada abad pertengahan cara perang seperti ini cukup populer untuk menyelesaikan masalah diantara dua orang terhormat dengan cara adu pedang, atau dengan cara saling beradu revolver dengan jarak tertentu pada zaman cowboy, akan tetapi cara perang terhormat seperti ini kemudian hanya dijadikan semacam "simbol kehormatan" antar bangsawan manakala kemudian dikenal sistem pengkoordinasian massa kedalam suatu bentuk pasukan reguler yang kemudian dijadikan sarana atau alat untuk berperang.

II. Perang Semi Statis
perang ini disebut semi statis karena adanya pihak yang dinamis disatu sisi (sebagai pihak penyerang atau pengepung) dan pihak yang statis disisi lain (sebagai pihak yng mempertahankan benteng atau kota).
Perang ini terjadi ketika manusia mulai mengenal pengkoordinasian pasukan dan mulai meninggalkan bentuk perang tradisional, yang kemudian disertai pula dengan pembuatan benteng untuk sarana pertahanan. Ciri dari perang seperti ini adalah selain diciptakannya benteng-benteng berbagai bentuk, juga adanya peristiwa-peristiwa pengepungan terhadap benteng-benteng tersebut hal ini tak lepas pula dari kebiasaan masyarakat yang membangun kota-kota dengan dikelilingi benteng, perang semaam ini sangat populer pada zaman pertengahan dan era perang salib.
Dalam perang seperti ini juga diperkenalkan senjata baru yaitu meriam yang digunakan pertama kali oleh Sultan Mohammad II dari Turki Usmani untuk mengepung Konstantinopel, senjata seperti ini prinsip kerjanya hampir sama engan ketapel raksasa seperti yang digunakan Sultan Salahuddin ketika merebut Jerusalem. dapat dikatakan pula bahwa perang jenis ini merupakan salah satu jenis perang yang terkejam karena dengan adanya pengepungan-pengepungan yang dapat berlangsung berbulan-bulan, maka yang terjadi adalah semacam penyiksaan psikis terutama bagi pihak yang bertahan karena harus mempertahankan kota/benteng dengan kondisi kekurangan karena diboikot oleh musuh.

III. Perang Statis
Periode perang semi statis berlangsung cukup lama hingga manusia mengenal senjata api genggam baik itu pistol maupun senapan. Produk pertama senjata apiyang sangat tidak praktis dan membutuhkan waktu lama untuk mengisi ulang amunisi (senjata itu kemudian disebut dengan Musket yang lebih populer untuk berburu daripada perang) terkadang menimbulkan masalah ketika akan digunakan, oleh karena itu dilakukanlah berbagai perbaikan, hingga dihasilkan senjata yang cukup nyaman diopresikan meskipun pada dasarnya masih cukup merepotkan, pada masa itu senjata api masih dianggap barang murahan yang merusak tatanan sportivitas perang karena mampu membunuh lawan dari jarak jauh tanpa peingatan terlebih dahulu, hal ini kemudian memaksa para ahli strategi perang untuk merubah cara berperang dari yang sebelumnya semi agresif menyerang dengan kekuatan besar menjadi lebih statis dengan diam menunggu saat dan waktu yang tepat untuk menyerang.
jenis perang seperti ini terlihat pada saat perang Napoleon, perang kemerdekaan Amerika, hingga yang terakhir perang Dunia I. Dapat dikatakan pada masa itu melihat sebuah peperangan merupakan keunikan tersendiri karena dua barisan tentara saling berhadapan hingga kemudian menembak secara serentak dengan sebuah komando teretentu dan secara bersamaan pula korban tewas pun berjatuhan seperti pohon yang tumbang.
Perbaikan strategi baru terjadi pada masa PD I ketika kemudian diperkenalkan pertahanan sistem parit untuk meminimalisir korban, akan tetapi efek yang dihasilkan menjadi sangat mengerikan, penyakit berkembang alam parit-parit yang kotor dan lembab, siksaan psikis yang berat karena terus berdiam dalam parit dalam waktu lama karena jika mengeluakan sedikit saja angota badan akan dibrondong tembakan hingga tewas, hingga penggunaan gas Chlorin serta Flame thrower untuk memancing pasukan lawan keluar dari parit persembunyian, hal ini memunculkan pemandangan perang yang mengerikan ketika kita melihat mayat mayat bergelimpangan dengan tubuh meleleh karena gas Chlorin atau tubuh hangus sempurna dan hancur karena flame thrower dan berondongan senapan mesin, sehingga tak jarang dijumpai tentara PD I yang mendadak menjadi sakit mental atau stress berat yang kesemuanya diakibatkan karena situasi statis yang menjemukan ditambah dengan perasaan mencekam karena dibayangi oleh serangan gas beracun lawan.